Tidak.
Ku urungkan niatku untuk menelfonnya. Dia perlu istirahat. Lelah, pasti itu
yang dirasakannya. Aku melangkah menuju dapur. Ku raih sebuah gelas kaca
berwana putih lalu ku tuang air berwarna bening itu. Ku teguk secara perlahan.
Kemudian aku terdiam. Diam yang cukup lama. Harus kah aku seperti ini?
Menangis? Bodoh! Ini juga demi masa depannya. Demi kita. Tidak selamanya dia
harus berdiam menemaniku. Ku sapu bulir-bulir gerimis kecil yang jatuh di sudut
mataku. Aku beranjak menuju tempat favoritku. Kamarku. Tidak! Tempat
ternyamanku adalah di sampingnya. Ku baringkan tubuhku di atas ranjang. Aku
menghela nafas perlahan. Lelah. Lagi-lagi fikiranku tertuju padanya. Aku tahu
apa yang dia
Sabtu, 15 Juni 2013
Senin, 29 April 2013
Di dalam Senja Gelap dan Terang Bertukar Tempat (End)
Sore
ini aku kembali mengendap-endap dari panti. Untuk kesekian kalinya, kembali di
bawah pohon Angsana di atas bukit kecil. Hanya untuk memikirkan di mana kau berada.
Terakhir kita bertemu, di halaman panti. Di sana aku masih melihat senyummu.
Melihatmu memakai baju warna khasmu. Itu terakhir kali aku melihatmu sebelum
aku meninggalkanmu. Dan kemudian, kau menghilang. Entahlah. Aku masih bingung
dengan keberadaanmu. Di mana kau, sedang bersama siapa, aku tidak tahu. Aku
hanya berharap akan datangnya suatu keajaiban yang akan mempertemukanku kembali
denganmu. Waktu siangku ku habiskan untuk mencarimu. Di tempat yang ku duga kau
berada di sana. Namun hasilnya sama seperti yang lalu. Nihil. Kemana lagi aku
harus mencarimu? Apakah aku harus menjelajahi seluruh dunia ini? Itu tidak
mungkin. Aku terlalu kecil untuk dunia seluas ini.
Minggu, 28 April 2013
Di dalam Senja Gelap dan Terang Bertukar Tempat (1)
Di bawah pohon Angsana
di atas bukit kecil ini aku terdiam, kemudian aku beranjak, mencoba mencari,
namun mataku tetap mengawasi sekeliling berharap akan menemukanmu. Nihil. Itu
lagi yang ku dapat. Seminggu ini, aku berusaha mencarimu. Kau menghilang tanpa
jejak. Selama ini kau yang selalu menemaniku, mendengarkan ceritaku. Sungguh,
aku sangat menyayangimu. Aku merasa kehilangan, saat kini aku tak bisa lagi
memelukmu. Mungkin benar yang sering dikatakan orang. Kita baru merasakan betapa
berharganya sesuatu, justru saat ia telah pergi meninggalkan kita. Dan ini
yang ku alami sekarang. Aku berharap kau kembali. Bodohnya aku, meninggalkanmu
sendiri. Lalu.. kau pun menghilang. Sungguh, aku begitu sangat menyesal. Andai
saja saat itu aku tak meninggalkanmu. Andai saja.. andai saja.. Ah! Aku hanya
berandai-andai dengan percuma. Aku kembali duduk di bawah pohon Angsana.
Semilir angin memainkan rambut panjangku. Membawaku pada kenangan kita.
Kenangan yang manis. Saat kita pernah menghabiskan waktu berdua, melewati hari
bersama.
Minggu, 17 Maret 2013
Melody Hujan (Bagian 1)
Aku berjalan perlahan melewati
lorong-lorong sekolah. Kuhentikan langkah kakiku tepat di depan laboratorium
ips. Aku berhenti sejenak. Memandang keatas. Melihat langit yang tadinya biru
kini telah berubah menjadi mendung. Sebentar
lagi hujan. Fikirku senang. Kusandarkan tubuhku pada bangku didepan laboratorium
ips. Mataku tetap tak berhenti menatap langit. Bidadari pasti akan segera
menurunkan hujannya. Sebuah pemandangan indah segera kulihat. Kulihat satu
persatu rintik hujan mulai berjatuhan. Para Bidadari memulai tugasnya.
Butiran-butiran itu terjatuh dari langit dengan suara yang indah, jatuh ditanah
dan atap sekolah. Mataku tak berkedip memandang hujan. Hawa dinginnya mulai
kurasakan. Ketenangannya mulai kudapatkan. Aku menghela nafas. Indah. Batinku. Suara rintik jatuhnya,
bagaikan sebuah melody tersendiri bagiku. Melodi yang indah. Sebuah tangan
menepuk pundakku dan menyadarkanku dari sihir hujan itu.
Langganan:
Postingan (Atom)