Di bawah pohon Angsana
di atas bukit kecil ini aku terdiam, kemudian aku beranjak, mencoba mencari,
namun mataku tetap mengawasi sekeliling berharap akan menemukanmu. Nihil. Itu
lagi yang ku dapat. Seminggu ini, aku berusaha mencarimu. Kau menghilang tanpa
jejak. Selama ini kau yang selalu menemaniku, mendengarkan ceritaku. Sungguh,
aku sangat menyayangimu. Aku merasa kehilangan, saat kini aku tak bisa lagi
memelukmu. Mungkin benar yang sering dikatakan orang. Kita baru merasakan betapa
berharganya sesuatu, justru saat ia telah pergi meninggalkan kita. Dan ini
yang ku alami sekarang. Aku berharap kau kembali. Bodohnya aku, meninggalkanmu
sendiri. Lalu.. kau pun menghilang. Sungguh, aku begitu sangat menyesal. Andai
saja saat itu aku tak meninggalkanmu. Andai saja.. andai saja.. Ah! Aku hanya
berandai-andai dengan percuma. Aku kembali duduk di bawah pohon Angsana.
Semilir angin memainkan rambut panjangku. Membawaku pada kenangan kita.
Kenangan yang manis. Saat kita pernah menghabiskan waktu berdua, melewati hari
bersama.
Aku
begitu tenggelam dengan ingatanku tentangmu. Hingga aku tak menyadari,
seseorang telah berada di sampingku.
“Mencoba
mencarinya lagi Alessa?” Ia tersenyum tipis sembari duduk di sampingku. Suara
itu membuyarkan lamunanku. Aku memalingkan muka ke arah pemilik suara itu.
“Ya. Dan aku tak akan
pernah lelah mencarinya. Aku yakin ia akan ku temukan. Meski sekarang aku tak
tahu, di mana ia berada,”
“Sepekan
pencarianmu, dan kau tak menemukan petunjuk apapun tentangnya. Masih berusaha
mencarinya?”
“Aku
yakin, aku akan menemukannya Khasva. Dan ia, akan kembali padaku.”
“Baiklah,
aku menyerah. Akan ku coba membantumu menemukannya. Sekarang, mari kita pulang.
Aku yakin ibu akan khawatir dan mencarimu jika ia memeriksa kamar dan ternyata
kau tak ada di sana.”
Khasva
beranjak pergi, dan aku mengikutinya. Kami berjalan pulang menuju rumah kami,
panti asuhan. Di sana tempat aku, Khasva, dan teman-temanku yang lain tinggal.
Kami tetap merasa bahagia meski tinggal di panti asuhan-tempat yang dirasa
beberapa anak sebagai tempat yang menyedihkan karena di sana tidak bisa
berkumpul bersama keluarga, layaknya sebuah keluarga normal-karena Ibu Emily
sangat menyayangi kami, meskipun kami hanya anak asuhnya. Setidaknya, aku
merasakan kehangatan dan perhatian dari seorang ibu. Dan satu hal lagi yang
membuatku bahagia, yaitu setelah kau datang dalam kehidupanku. Kau adalah hadiah
terindah yang pernah ku miliki. Namun sekarang kau menghilang, aku akan terus
mencarimu hingga aku menemukanmu. Jarak antar bukit dan panti asuhan tidak
terlalu jauh, aku tak perlu takut akan terlambat tiba di sana. Ibu Emily akan
menemukanku duduk manis di atas tempat tidur dengan piyama. Ibu Emily selalu
memeriksa setiap kamar tepat jam 5 sore. Memastikan kami semua tetap berada di
kamar masing-masing dan siap untuk makan malam.
Aku
dan Khasva tiba di halaman depan. Kami mengendap-endap menuju jendela kamar. Terlihat
seorang gadis kecil berusia 10 tahun duduk di lantai kamar sembari memainkan crayon di atas kertas putih.
“Isabel,
cepat ambilkan kursi.” Khasva berbisik memanggil gadis kecil itu.
Gadis itu mengambil sebuah kursi di depan meja
belajar, kemudian menyerahkan pada Khasva.
“Anak pintar,” Aku
mengacak-acak rambutnya.
“Ayo, kau duluan
Alessa,”
Aku memanjat kursi itu. Melompat melewati jendela.
“Cepat
Khasva, sebentar lagi Ibu Emily tiba!”
Lalu ia melakukan hal yang sama denganku. Setelah
itu kami meletakkan kursi ke posisi semula. Kami bergegas mengganti pakaian yang
kami pakai dengan piyama. Kemudian duduk seperti biasa di atas tempat tidur
sembari membaca buku. Aku beranjak dari dudukku menghampiri Isabel.
“Isabel,
apa Ibu Emily tahu jika kami keluar diam-diam dari panti?”
Dia
menggeleng. “Tidak, ia tidak tahu. Ia sibuk di dapur menyiapkan makan malam kita.”
“Bagus.” Aku tersenyum tipis.
Aku kembali duduk, kemudian membaca. Namun sama
sekali tidak dapat berkonsentrasi dengan apa yang aku baca. Pikiranku masih
tertuju padamu. Di mana kau? Apa kau tak merindukanku seperti aku merindukanmu
sekarang? Apa mungkin, kau sudah tak peduli padaku? Apa kau menemukan seseorang
yang lebih baik dari pada aku? Kemana kau menghilang? Begitu banyak pertanyaan
yang ingin aku lontarkan padamu jika aku telah bertemu denganmu. Sayangnya, aku
tidak tahu darimana sebenarnya kamu berasal. Aku telah mencarimu kemana-mana,
namun aku sama sekali tak menemukanmu. Putus asa? Tenang, aku tidak akan lelah
dan terus berusaha mencarimu.
Setelah
makan malam selesai. Aku duduk di beranda depan memandang langit dan bintang.
Sebelum aku berpisah denganmu, kau selalu menemaniku di sini. Dengan baju khasmu
itu, baju berwarna putih dipadu hitam, sepertinya itu warna kesukaanmu. Apa kau
masih tak mengerti aku merindukanmu? Ah, sudahlah. Tak mungkin kau bisa
mendengar isi hatiku saat ini. Mungkin kau sekarang sedang berada di..
entahlah, aku juga tak tahu kau sekarang berada di mana dan sedang bersama
siapa.
“Alessa?
Sudahlah. Kau jangan memikirkannya lagi. Aku yakin, dia tidak memikirkanmu. Di
luar sana masih ada yang lain, bahkan mungkin masih banyak yang lebih baik
dibanding dia. Atau aku perlu mencarikannya untukmu?” Khasva yang selalu datang
tiba-tiba membuatku terkejut.
“Dengar
Khasva. Dia tidak akan bisa digantikan. Dan aku yakin meski mungkin dia
sekarang tak merindukanku tapi dia pasti membutuhkanku. Aku dan dia tidak bisa
dipisahkan. Aku akan terus mencarinya. Dan aku yakin, dia pasti akan kembali
untukku.”
“Kau
sudah gila. Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiranmu.
Dia tidak memikirkanmu Alessa. Sudah satu pekan pencarianmu tapi tidak juga
membuahkan hasil. Berhentilah mencarinya!”
“Cukup!
Tak perlu menasehatiku. Aku tahu apa yang aku lakukan ini tidak salah dan tidak
akan sia-sia.”
“Bodoh!
Berhenti bersikap seperti itu. Aku ajukan pertanyaan padamu. Bagaimana jika dia
tidak kembali? Bagaimana jika kau tak menemukannya?”
Aku terdiam. Diam yang cukup lama. Bagaimana jika
aku tak pernah menemukanmu lagi? Dan kau? Apakah kau tidak akan dengan ajaibnya
muncul di hadapanku? Aku beranjak dari dudukku meninggalkan Khasva, menuju ke
kamar dengan masih memikirkan ucapan terakhir Khasva. Kubaringkan tubuhku di
atas tempat tidur. Ku panjatkan sebuah do’a. Berharap kau akan muncul di
hadapanku dengan keajaiban. Ku pejamkan mata. Malam ini, malam ke tujuh tanpamu.
Dan dalam hitungan detik, aku terbang ke dalam alam mimpi.
0 komentar:
Posting Komentar