Minggu, 19 Oktober 2014

Melupakan Rasanya Terluka

Kupikir ketika seseorang membunuh orang maka ia akan di bunuh pula oleh seseorang. Kupikir, timbal balik adalah serupa dengan yang di lakukan, namun aku salah. Ketika seseorang menyakiti orang lain, melukai hati seseorang bagai pecahan kaca yang tak mungkin utuh kembali, kupikir ia akan merasakan hal yang sama. Namun aku salah, penyesalan yang mendalam atau rasa bersalah yang begitu besar, itu sudah setimpal dengan apa yang pernah dia perbuat.

Tuhan, aku selalu meminta pada-Mu agar ia tak merasakan apa yang pernah aku rasakan, aku selalu meminta agar tak ada orang lain tak terluka sepertiku. Kurasa ini cara-Mu memberikan hukuman yang setimpal padanya, tanpa ia harus merasakan apa yang pernah aku rasakan. Namun Tuhan, tolong hentikan ini. Hentikan rasaku yang selalu menyalahkannya, hentikan rasaku yang selalu terbayangi oleh rasa sakit yang pernah ku rasa, karena aku tak ingin melukainya, Tuhan. Aku tahu jika aku terus menerus seperti ini,maka ia akan lebih terluka dari yang aku rasakan dahulu. Kemudian biarkan kami bahagia sebagai mana yang kami inginkan. Tanpa ada rasa menyalahkan dan mengungkit rasa sakit yang pernah ada. Karena aku tak ingin membuatnya semakin terluka dengan sikapku. Aku menyayanginya Tuhan, sungguh. Aku percaya ia tak lagi sepeti dulu, yang memberiku luka bagai belati yang merobek hati. Rasa sakit itu, biarkan berlalu dengan angin lalu, terbang menjauh dan pergi. Dan masa sakit itu biarkanlah tersimpan rapi tanpa harus kembali di buka dan di ingat. Sekarang, aku akan lebih berusaha tak mengingat tentang semua itu, agar ia dan aku bisa bahagia sebagaimana yang seharusnya. Dan aku sungguh menyayanginya, Tuhan. Aku sungguh menyayanginya..
***

Kamar, 19 Oktober 2014
11:54
Dalam lelapmu setelah meyakinkanku

0 komentar:

Posting Komentar

 
Edelweiss Note Blogger Template by Ipietoon Blogger Template