Rabu, 08 Januari 2014

Karena Aku...



Aku tetap menjadi aku. Ketika semua orang memakai seribu topeng untuk menutupi “apa” mereka sebenarnya. Aku hanya sebuah kertas putih yang tertoreh begitu banyak tinta warna, menjadikan aku apa adanya. Tanpa topeng yang kukenakan. Aku bahagia menjadi aku, dengan seribu kekurangan yang tersimpan dalam diriku. Bukan bepura-pura menjadi orang lain dengan segala kelebihan. Dan menipu semua orang, termasuk dirinya sendiri. Ketika semua orang berlari kedepan, mengejar apa yang mereka inginkan, untuk menjadikan diri mereka lebih dari yang lainnya, menjadi yang terdepan,  terkadang aku hanya berdiam di tempatku, duduk dan termenung. Mungkin bagi beberapa orang terlihat sangat tidak penting, hanya membuang-buang waktu dengan percuma. Namun tidak bagiku. Ini adalah caraku tersendiri, untuk menjadi “aku”. Ketika semua orang tertawa bangga karena berhasil mengejar apa yang mereka inginkan, aku masih terdiam di tempatku, namun dengan tersenyum. Mungkin aku lebih lamban dari yang mereka semua, namun aku tahu, itulah kemampuan manusia, tak pernah sama. Setidaknya, dari diamku aku banyak mengamati berbagai hal, sekalipun itu hal kecil. Dan itu membuatku mengerti akan apa yang terjadi. Tentang dunia, tentang sehela hembusan napas manusia, tentang hidup.
Ketika aku masih kecil, aku sangat suka berkhayal. Tentang hal-hal aneh, menurut mereka. Tapi tidak menurutku. Aku percaya pada dongeng-dongeng yang selalu di nina bobokan ketika tidur. Dan dari khayalanku itu aku berimajinasi. Terdengar gila bagi mereka yang selalu memikirkan logika dan berambisi untuk menjadi yang terdepan. Namun dari imajinasi, aku menciptakan mimpi, dan dari mimpi memunculkan harapan yang ku genggam. Dari harapan itulah aku berusaha, berusaha menjadi apa yang aku impikan. Aku tak bermbisi untuk menjadi yang terdepan, aku tak ingin menjadi orang yang selalu di elu-elukan. Aku tak ingin menjadi orang yang sanjung dan di puji banyak orang. Aku hanya ingin di hargai oleh mereka, kurasa itu cukup. Karena aku tak ingin melihat begitu banyak topeng yang mereka kenakan. Banyak yang berkata “Menjadi diri sendiri itu lebih baik.” Namun pada dasarnya yang mereka lakukan adalah “Mengenakan seribu topeng itu lebih baik.” Terkadang aku heran, kenapa mereka tak puas dengan menjadi “apa” mereka yang sebenarnya. Kemudian aku sadar, ketika mereka berlari, aku hanya terdiam.
Dan kenapa aku lebih bahagia menjadi aku, karena aku mempunyai malaikat disampingku. Malaikat tanpa sayap, atau mungkin malaikat yang lupa mengenakan sayapnya. Itu yang membuatku lebih bahagia dan merasa lebih sempurna menjadi aku. Malaikat yang tak mereka punya. Yang mengajarkanku segalanya. Yang mengajariku banyak hal ketika aku terdiam, dan mereka berlari. Dia berkata, dia suka melihatku yang seperti ini, apa adanya, meskipun aku ceroboh, dan masih perlu lebih banyak belajar. Mungkin, karena aku tertinggal. Tapi sungguh, aku tak berambisi untuk ikut berlari bersama mereka, menjadi yang terdepan. Karena aku, hanya ingin menjadi aku yang aku inginkan, dengan malaikatku di sampingku. Bagiku, itu sudah cukup, karena aku tak memiliki cara pikir yang sama seperti mereka, mungkin cara pikirku, terdengar lebih kuno, tapi aku menyukainya. Aku, menyukai diriku, dan bagaimanapun aku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Edelweiss Note Blogger Template by Ipietoon Blogger Template