Rabu, 25 Mei 2016

Hai, Pria Berkacamata

Hai pria berkacamata. Bagaimana kabarmu disana? Ini sudah musim libur untuk perkuliahanku, dan juga ini sudah mendekati bulan Ramadhan. Namun, aku masih terjebak disini, kota ini. Aku benar-benar merasa sendiri disini. Harusnya sekarang aku berda dirumah, bukan? Menemanimu atau berkeliling kota bersamamu. Aku tahu kau marah, aku tahu kau sedih dan kecewa. Karena ketika seharusnya aku sudah kembali ke kota kita, aku malah berada disini. Ah, kau sudah sering memarahiku, bukan? Melalui telepon atau ketika kita bertemu langsung kemarin—ketika aku pulang kekota kita—kau berkata kau merindukanku, akan tetapi aku malah berada disini. Aku juga, aku sangat merindukanmu. Begitu merindukanmu. Sama sepertimu. Tunggulah sebentar saja. Sabarlah sedikit lagi. Kemudian aku kembali bersamamu mengelilingi kota. Ketika menulis ini, aku menjadi begitu sangat  merindukanmu. Kau tahu kenapa? Karena ketika aku sedang menulis ini kamu menelponku dan mengajakku untuk bermain tebak nada dengan gitar seperti yang biasa kamu lakukan. Aku menjadi begitu ingin bertemu denganmu. Melodi-melodi indahmu yang kau petik dengan gitarmu, aku begitu mengaguminya.

Kau tahu apa yang menyakitkan untukku? Ketika melihat orang yang aku sayang bersedih dan aku tidak bisa melakukan apa-apa. Melihatmu bersedih dan aku tak bisa melakukan apa-apa untukmu. Sungguh, itu begitu menyakitkan bagiku. Namun, aku akan selalu disampingmu dan memberikanmu semangat. Kau tahu? Terkadang kesedihan kerap menghampiri setiap orang. Masalahpun tak luput dari setiap orang. Mungkin, sekarang kau sedang dalam masa bersedih. Karena awan hitam sedang mengitarimu. Namun percayalah, setelah awan hitam dan mendung gelap selalu ada musim semi berhias pelangi yang mengikutinya. Kau sering mendengarnya, bukan? Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatNya. Ketika kau mendapatkan kesedihan, itu pertanda bahwa Tuhan yakin bahwa kau dapat melaluinya. Tuhan percaya padamu. Ketika kau mendapat kesedihan, Tuhan menyayangimu lebih. Tunggulah, pasti dan yakin bahwa musim semi berhias pelangi itu akan tiba. Yakinlah akan hal itu. Aku ingat apa yang ibumu katakan, hal ini akan membuatmu belajar menjadi lebih dewasa dan menghadapi segalanya. Aku dan jemariku akan selalu ada untukmu. Genggamlah dan aku akan berjalan disampingmu. Percayalah, aku disini.
Kau tahu? Aku selalu berharap dan berdo’a bisa segera untuk pulang. Begitu menyedihkan ketika berada di kota orang dan sendirian. Jauh dari keluarga ketika bulan Ramadhan. Oh, apa ini? Tahun ini sepertinya menjadi begitu kelam. Ah, tidak. Aku yakin, musim semi berhias pelangi akan segera datang. Kita hanya perlu menunggu. Kita pasti mampu untuk melaluinya. Aku sangat yakin akan hal itu. Hei, pria berkacamata. Kau harus  tetap menjaga ketampananmu, bukan? Jika iya, mari kita berjuang bersama-sama. Aku akan menemanimu. Dan aku juga akan berjuang untuk segera pulang kemudian berada disampingmu.

Malang, 24 Mei 2016
17:28 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

 
Edelweiss Note Blogger Template by Ipietoon Blogger Template