Hai pria berkacamata. Bagaimana kabarmu disana? Ini
sudah musim libur untuk perkuliahanku, dan juga ini sudah mendekati bulan
Ramadhan. Namun, aku masih terjebak disini, kota ini. Aku benar-benar merasa
sendiri disini. Harusnya sekarang aku berda dirumah, bukan? Menemanimu atau
berkeliling kota bersamamu. Aku tahu kau marah, aku tahu kau sedih dan kecewa.
Karena ketika seharusnya aku sudah kembali ke kota kita, aku malah berada
disini. Ah, kau sudah sering memarahiku, bukan? Melalui telepon atau ketika
kita bertemu langsung kemarin—ketika aku pulang kekota kita—kau berkata kau
merindukanku, akan tetapi aku malah berada disini. Aku juga, aku sangat
merindukanmu. Begitu merindukanmu. Sama sepertimu. Tunggulah sebentar saja.
Sabarlah sedikit lagi. Kemudian aku kembali bersamamu mengelilingi kota. Ketika
menulis ini, aku menjadi begitu sangat
merindukanmu. Kau tahu kenapa? Karena ketika aku sedang menulis ini kamu
menelponku dan mengajakku untuk bermain tebak nada dengan gitar seperti yang
biasa kamu lakukan. Aku menjadi begitu ingin bertemu denganmu. Melodi-melodi
indahmu yang kau petik dengan gitarmu, aku begitu mengaguminya.
Kau tahu apa yang menyakitkan untukku? Ketika melihat
orang yang aku sayang bersedih dan aku tidak bisa melakukan apa-apa. Melihatmu
bersedih dan aku tak bisa melakukan apa-apa untukmu. Sungguh, itu begitu
menyakitkan bagiku. Namun, aku akan selalu disampingmu dan memberikanmu
semangat. Kau tahu? Terkadang kesedihan kerap menghampiri setiap orang.
Masalahpun tak luput dari setiap orang. Mungkin, sekarang kau sedang dalam masa
bersedih. Karena awan hitam sedang mengitarimu. Namun percayalah, setelah awan
hitam dan mendung gelap selalu ada musim semi berhias pelangi yang
mengikutinya. Kau sering mendengarnya, bukan? Tuhan tidak akan memberikan
cobaan di luar batas kemampuan umatNya. Ketika kau mendapatkan kesedihan, itu
pertanda bahwa Tuhan yakin bahwa kau dapat melaluinya. Tuhan percaya padamu.
Ketika kau mendapat kesedihan, Tuhan menyayangimu lebih. Tunggulah, pasti dan
yakin bahwa musim semi berhias pelangi itu akan tiba. Yakinlah akan hal itu.
Aku ingat apa yang ibumu katakan, hal ini akan membuatmu belajar menjadi lebih
dewasa dan menghadapi segalanya. Aku dan jemariku akan selalu ada untukmu.
Genggamlah dan aku akan berjalan disampingmu. Percayalah, aku disini.
Kau tahu? Aku selalu berharap dan berdo’a bisa segera
untuk pulang. Begitu menyedihkan ketika berada di kota orang dan sendirian.
Jauh dari keluarga ketika bulan Ramadhan. Oh, apa ini? Tahun ini sepertinya
menjadi begitu kelam. Ah, tidak. Aku yakin, musim semi berhias pelangi akan
segera datang. Kita hanya perlu menunggu. Kita pasti mampu untuk melaluinya.
Aku sangat yakin akan hal itu. Hei, pria berkacamata. Kau harus tetap menjaga ketampananmu, bukan? Jika iya,
mari kita berjuang bersama-sama. Aku akan menemanimu. Dan aku juga akan berjuang
untuk segera pulang kemudian berada disampingmu.
Malang,
24 Mei 2016
17:28
WIB
0 komentar:
Posting Komentar