Ini tentang seorang pria. Tidak semua pria seperti dia, pria
yang absurd tapi nyata. Dia berbeda dari pria kebanyakan. Pria kelahiran 24
September 1994. Sosoknya sulit untuk ditebak. Senyumnya berbeda, tapi pasti.
Kedua bola matanya bersembunyi dibalik kacamata. Membuatnya terlihat lebih
manis. Seorang pecinta hujan, sama seperti saya. Namun bukan seorang yang takut
petir seperti saya. Terkadang saya tidak dapat menebak, dimana arah fikirannya
akan tertuju. Namun, itu yang saya suka. Saya suka melihatnya memandang saya.
Saya suka tatapan dari kedua matanya.
Terkadang, saya tidak percaya takdir. Semuanya adalah suatu
kebetulan. Pertemuan yang terjadi begitu cepat. Berawal dari selembar catatan,
dan berujung pada genggaman tangan. Setelah itu saya mulai berfikir. Mungkin,
kami memang ditakdirkan untuk bertemu.
Dia adalah pria satu tingkat diatas saya. Seorang kakak kelas
di SMA pindahan saya. Mantan OSIS yang tidak sukai hampir semua adik kelas
karena sikap juteknya. Kudengar, dia seorang yang tidak menyenangkan. Namun,
setelah berbincang dengannya, dia orang yang menyenangkan. Dia banyak bercerita
tentang senja. Saya melihatnya pertama kali ditemani oleh sang hujan yang
menjadi tempat saya mengadu tentangnya. Dengan kaca mata yang menghiasi
wajahnya, dan dengan sebuah handphone yang menemani waktunya. Dia seperti
malaikat senja yang datang saat hujan. Bahkan sebelum sore datang.
Tak banyak yang bisa saya jelaskan tentangnya. Karena, ada
yang tidak bisa diungkapkan dengan kata. Namun semua itu sudah jelas dalam fikiran
saya. bagaimana dia dan apa tentang dia cukup tersimpan rapi dalam memory saya.
dia, benar-benar sukses untuk memikat saya. Saya menyukainya bahkan saya
menyayanginya dan juga cinta :)
250 kata untuk Malaikat Senja.
0 komentar:
Posting Komentar