Aku hanya terdiam ketika mendengar lontaran kata-katamu
melalui telephone. Delapan menit dua
puluh lima detikmu cukup untuk membuatku terpaku. Aku mencerna setiap kalimat
yang kau tujukan padaku, sembari sesekali ku pejamkan mataku. Delapan menit dua
puluh lima detikmu benar-benar cukup untuk membuatku terkejut. Delapan menit
dua puluh lima detikmu benar-benar cukup untuk menyadarkanku. Dan, delapan
menit dua puluh lima detikmu benar-benar cukup untuk membuatku merenung. Kau
tahu? Delapan menit dua puluh lima detikmu membuatku sadar bahwa sebenarnya di sini
akulah yang mungkin egois. Bukan, bukan mungkin. Lebih tepatnya di sini akulah
yang egois. Aku selalu menuntut perhatianmu, aku selalu menuntut ini itu,
sedang aku tak ingin mengerti. Aku yang tidak mau mengerti namun aku yang
menyalahkanmu. Aku yang tidak mau mengerti namun aku yang tidak mau tahu. Ini bukan
perihal siapa yang salah dan siapa yang benar. Lebih tepatnya ini tentang siapa
yang mengerti dan siapa yang tidak mau mengerti. Kau mungkin lelah
menghadapiku. Seperti yang kau katakan, setiap manusia mempunyai batas. Dan mungkin
kau yang sudah benar-benar lelah. Lagi, aku tak ingin menyalahkanmu karena delapan
menit dua puluh lima detikmu telah menyadarkanku. Kau berkata bahwa kau merasa
hanya dirimu yang memberatkanku sedang aku tidak.
Jumat, 13 Januari 2017
Langganan:
Postingan (Atom)