Jumat, 13 Januari 2017

Perihal Siapa yang Salah dan Siapa yang Benar


Aku hanya terdiam ketika mendengar lontaran kata-katamu melalui telephone. Delapan menit dua puluh lima detikmu cukup untuk membuatku terpaku. Aku mencerna setiap kalimat yang kau tujukan padaku, sembari sesekali ku pejamkan mataku. Delapan menit dua puluh lima detikmu benar-benar cukup untuk membuatku terkejut. Delapan menit dua puluh lima detikmu benar-benar cukup untuk menyadarkanku. Dan, delapan menit dua puluh lima detikmu benar-benar cukup untuk membuatku merenung. Kau tahu? Delapan menit dua puluh lima detikmu membuatku sadar bahwa sebenarnya di sini akulah yang mungkin egois. Bukan, bukan mungkin. Lebih tepatnya di sini akulah yang egois. Aku selalu menuntut perhatianmu, aku selalu menuntut ini itu, sedang aku tak ingin mengerti. Aku yang tidak mau mengerti namun aku yang menyalahkanmu. Aku yang tidak mau mengerti namun aku yang tidak mau tahu. Ini bukan perihal siapa yang salah dan siapa yang benar. Lebih tepatnya ini tentang siapa yang mengerti dan siapa yang tidak mau mengerti. Kau mungkin lelah menghadapiku. Seperti yang kau katakan, setiap manusia mempunyai batas. Dan mungkin kau yang sudah benar-benar lelah. Lagi, aku tak ingin menyalahkanmu karena delapan menit dua puluh lima detikmu telah menyadarkanku. Kau berkata bahwa kau merasa hanya dirimu yang memberatkanku sedang aku tidak.
 
Edelweiss Note Blogger Template by Ipietoon Blogger Template