Tidak.
Ku urungkan niatku untuk menelfonnya. Dia perlu istirahat. Lelah, pasti itu
yang dirasakannya. Aku melangkah menuju dapur. Ku raih sebuah gelas kaca
berwana putih lalu ku tuang air berwarna bening itu. Ku teguk secara perlahan.
Kemudian aku terdiam. Diam yang cukup lama. Harus kah aku seperti ini?
Menangis? Bodoh! Ini juga demi masa depannya. Demi kita. Tidak selamanya dia
harus berdiam menemaniku. Ku sapu bulir-bulir gerimis kecil yang jatuh di sudut
mataku. Aku beranjak menuju tempat favoritku. Kamarku. Tidak! Tempat
ternyamanku adalah di sampingnya. Ku baringkan tubuhku di atas ranjang. Aku
menghela nafas perlahan. Lelah. Lagi-lagi fikiranku tertuju padanya. Aku tahu
apa yang dia
Sabtu, 15 Juni 2013
Langganan:
Postingan (Atom)